Sekarang mari kita lihat secara keseluruhan. Yang
paling emosional dan arogan tetap saja dimenangkan oleh Foke. Bahkan ia
sempat bilang ke Ahok “Kalau sama Nachrowi boleh bersikap kurang ajar
tapi jangan sama saya!” He he he…untung saja Ahok nggak sampai bilang,
“Emang siapa elo?” Tapi ya sudahlah itu memang sudah wataknya.
Dari segi penguasaan materi visi misi masing-masing
tetap saja Jokowi-Basuki (Ahok) di atas angin. Lihat saja penajaman
visi yang real dan konkrit dari Jokowi. Cara ia mengulas dan menjawab.
Apa lagi ketika giliran Ahok memaparkan tentang kesehatan dan
mempertanyakan (serta bilang) bahwa apa yang pemda DKI lakukan saat ini
sebenarnya belum bagus bahkan salah kaprah. Beda jauh dengan kartu sehat
yang akan mereka keluarkan. Mati kutu Foke Nara mendengarkan pemaparan
yang komprehensif dan sangat menguasai materi.
Dalam segmen-segmen terakhir, semakin menjadi-jadi
‘kejengkelan’ Bang Foke ditantang dan ditentang habis-habis oleh Ahok.
Foke boleh bangga bahwa dirinya pintar dan lulusan Jerman, tapi rupanya
ia kena batunya juga bahwa Ahok justru terlihat lebih pintar dan
memahami masalah. Ketika Ahok mempertanyakan secara gamblang hasil
pelajaran dari Bogota tentang angkutan masal (bukan sekedar bicara soal
panjang koridor), Foke menjawab dengan pengulangan dan berputar-putar.
Ahok terlihat terus mencecar dengan mempertanyakan kalau dari 2004
implementasinya sudah didengungkan untuk dikerjakan, kenapa baru AKAN
dimulai sekarang setelah sudah mau turun? Tergelak saya mendengarnya,
kawan! Foke pun terlihat jengkel dan gusar. Tapi akhirnya Foke hanya
bisa tersenyum simpul (senyum malu).
Tapi Nara ditolong oleh Ahok dengan tidak menujukan
pertanyaan langsungnya ke Nara, tapi ia bilang ya buat berdua…sama saja
kan? Kalau pertanyaan tajam tersebut diarahkan langsung ke Nara, saya
berani jamin ia tak akan kuat dan mampu menjawabnya. Makanya jangan
heran Foke mengambil alih untuk menjawabnya. Selamatlah muka si Nara
dari rasa malu berlebihan.
Pokoknya perdebatan yang cukup seru. Pembawaan
Jokowi yang kalem tapi berisi dan tegas serta tajam dalam menjawab,
didukung kemampuan penguasaan bahan dan wawasan yang luas dari seorang
Ahok membuat mereka benar-benar terlihat lebih unggul. Foke yang masih
terlalu arogan dan emosional tidak mampu mempertunjukkan kepiawaiannya
menjawab debat. Apalagi si Nara, ialah yang paling (maaf) tidak berisi.
Faktor lemah calon nomor satu. Tidak mempunyai kemampuan berdebat secara
sehat, dan wawasan yang sangat sangat minim.
Bahkan untuk menutupi segala kelemahannya dalam
debat tersebut, ia kembali memancing dengan isu SARA. Apapun alasannya,
panggilannya dan kata-kata candaannya terhadap Ahok menunjukkan
kapabilitas dan kapasitas apa yang seorang Nara itu miliki. Kosong
melompong tapi kuat berbunyi, kawan! Bahkan lagi ia berusaha menutupi
kekurangannya dengan berbagai cara, mengulur waktu serta terus melucu
yang tidak berbobot. Kalau boleh saya kasih nilai, Nara menduduki posisi
paling bawah. Kualitasnya sangat diragukan, kawan! Apa mungkin Foke
salah gandeng orang?
Sekarang sudah semakin jelas terlihat, siapa yang
tajam dalam pemaparan dan siapa yang hanya berkualitas ‘text book’ saja.
Jangan lupa kawan, dalam debat tadi itu, Foke mengatakan Jakarta butuh
pemimpin yang bukan hanya mampu beretorika tapi tidak dapat menjalankan
apa yang dikoar-koarkannya. Itu memang dialamatkan langsung ke Jokowi.
Ketika mendapat kesempatan menanggapi, Jokowi tersenyum sambil
menguncinya dengan telak, Bang Foke sudah hampir habis masa lima tahun
kepemimpinannya, sekarang saya Tanya mana MRT-nya? Mana Monorelnya? Mana
tambahan transportasi publiknya yang dijanji-janjikan sejak tahun 2007?
Kok baru akan dimulai sih? Jadi Jokowi bilang bukannya kebalik, Fokelah
yang selama ini hanya janji-janji dan beretorika?! Jangan
dibalik-balik. Kembali Foke hanya sanggup tersenyum, dan tentu saja
gusar dan jengkel.
Jadi kawan, silahkan pakai akal sehat. Paling
tidak, Indonesia sudah mampu menyelenggarakan debat yang tidak
diatur-atur dan pura-pura. Debat yang bagus untuk pencerahan anak
bangsa. Tidak salah Metro TV memulainya dan menutupnya dengan lagu
“Padamu Negeri”. (MA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar